Ulasan
Singkat Teori Abrams: Objektif, Mimetik, Pragmatik, Ekspresif
Berbicara tentang teori sastra, salah satu tokoh yang sangat berpengaruh
adalah M.H. Abrams. Dalam artikelnya yang berjudul Orientation of Critical
Theory Abrams mencoba menawarkan satu kerangka berpikir untuk
memahami proses penciptaan satu karya. Kerangka tersebut terdiri dari
artis/seniman, karya, semesta, dan penikmat seni/audience. Untuk memudahkan
analisis tersebut Abrams mengacak keempat elemen tersebut ke pola segitiga di mana
karya seni berada di tengah sebagai hal/objek yang akan dijelaskan.
Menurut Abrams keempat kordinat ini tidak selalu tetap, melainkan berubah,
keempat-empatnya sangat penting tergantung dari apa yang kemudian ingin
diteliti. Abrams mengambil contoh, ketika berbicara mengenai alam semesta, maka
salah satu teori yang kerap digunakan adalah imitasi yang diperkenalkan oleh
Plato. Lebih lanjut, Abrams mencoba melihat teori apa saja yang
berkembang pada masa romantik khususnya meneliti puisi di Inggris pada abad
ke-19.
Teori Mimetik
Secara esensial, teori mimetik melihat bahwa karya seni adalah imitasi dari
alam semesta. “The Mimetic Orientation- the explanation of
art as essentially an imitation of aspects of the universe”. Teori ini bersumber dari pikiran Plato dan Aristoteles. Menurut Abrams
teori ini merupakan teori yang paling primitif.
Teori Pragmatik
Pendekatan Pragmatik menurut Abrams menekankan pada tujuan seniman dan
karakter karya yang sifat dasarnya untuk memenuhi kebutuhan dan kesenangan
penikmatnya (audience). “The Pragmatic orientation, ordering the aim of the artist and the character of the
work to the nature, the need, and the springs of pleasure in the audience”, karena
karakteristik tersebut, pendekatan pragmatik tersebar luas sampai dengan abad
delapan belas.
Teori Ekspresif
Menurut Abrams hampir semua aliran romantik di Inggris, mengungkapkan
definisi yang menunjukan persamaan atau kesajajaran antara karya dan penyair.
Puisi adalah luapan, ungkapan, atau sorotan dari pikiran dan perasaan penyair.
Puisi merupakan proses imajinasi yang diubah dan dikumpulkan dari gambaran,
pikiran dan perasaan penyair.
Dengan kata lain, menurut Abrams di dalam teori ekspresif seniman
menjadikan dirinya sendiri sebagai element terpenting. “This way of
thinking, in which the artist himself become the major element generating both
the artistic product and the criteria by whic it is to be judge, I shall call
the expressive theory of art”. Pada zaman romantik, pendekatan ekspresif merupakan pendekatan yang dominan
dilakukan untuk menganalisis satu karya.
Teori Objektif
Pendekatan objektif pada prinsipnya memandang karya seni terpisah dari
segala sesuatu yang berada di luar karya tersebut. Seni adalah karya seni itu
sendiri, lepas dari segala faktor eksternal yang ada. Dalam melakukan analisis
dengan sendirinya cukup dengan sesuatu yang sudah ada di dalam karya.“the objective
orientation, ’which on principle regard the work of art in isolation from all
these external points of reference, analyze it as a self-sufficient entity
constituted by its parts in their internal relation, and sets out to judge it
solely by criteria intrinsic to its own mode of being”
Pendekatan Objektif yang muncul pada akhir abad ke 18 dan awal abad
ke-19,menjadi salah satu pendekatan yang diperhitungkan selama hampir 3 dekade.
3.4.2.1 Pendekatan Ekspresif
Pendekatan ekspresif ini tidak
semata-mata memberikan perhatianterhadap bagaimana karya itu diciptakan tetapi
bentuk-bentuk apa yang terjadidalam karya sastra yang dihasilkan. Wilayah studi
pendekatan ini adalah diripengarang, pikiran dan perasaan, dan hasil-hasil
karyanya. Pendekatan inidapat dimanfaatkan untuk menggali ciiri-ciri
individualisme, nasionalisme,komunisme, feminisme, dan sebagainya dalam karya
baik karya sastraindividual maupun karya sastra dalam kerangka
periodisasi.Menurut Abrams (1958: 22) pendekatan ekspresif ini menempatkankarya
sastra sebagai curahan, ucapan, dan proyeksi pikiran dan perasaanpengarang.
Pengarang sendiri menjadi pokok yang melahirkan produksipersepsi-persepsi,
pikiran-pikiran, dan perasaan-perasaan yangdikombinasikan. Praktik analisis
dengan pendekatan ini mengarah padapenelusuran kesejatian visi pribadi
pengarang yang dalam paham strukturgenetik disebut pandangan dunia. Seringkali
pendekatan ini mencari fakta-fakta tentang watak khusus dan
pengalaman-pengalaman sastrawan yangsecara sadar atau tidak telah membukakan
dirinya dalam karyanya tersebut.Dengan demikian secara konseptual dan
metodologis dapat diketahui bahwapendekatan ekspresif menempatkan karya sastra
sebagai: (1) wujud ekspresipengarang, (2) produk imajinasi pengarang yang
bekerja dengan persepsi-persepsi, pikiran-pikiran dan perasaan-perasaannya, (3)
produk pandangandunia pengarang. Secara metodis, langkah kerja yang dapat dilakukan
melaluipendekatan ini adalah: (1) memerikan sejumalah pikiran, persepsi, dan
perasaan pengarang yang hadir secara
langsung atau tidak di dalam karyanya,(2) memetakan sejumlah pikiran, persepsi,
dan perasaan pengarang yangditemukan dalam karyanya ke dalam beberapa kategori
faktual teks berupawatak, pengalaman, dan ideologi pengarang, (3) merujukkan
data yangdiperoleh pada tahap (1) dan (2) ke dalam fakat-fakta khusus
menyangkutwatak, pengalaman hidup, dan ideologi pengarang secara faktual luar
teks (datasekunder berupa data biografis), dan (4) membicarakan secara
menyeluruh,sesuai tujuan, pandangan dunia pengarang dalam konteks individual
maupunsosial dengan mempertimbangkan hubungan-hubungan teks karya sastra
hasilciptaannya dengan data biografisnya.
3.4.2.2 Pendekatan Mimesis
Dasar pertimbangan pendekatan mimesis
adalah dunia pengalaman,yaitu karya sastra itu sendiri yang tidak bisa mewakili
kenyataan yangsesungguhnya melainkan hanya sebagai peniruan kenyataan (Abrams,
1958:8).Kenyataan di sini dipakai dalam arti yang seluas-luasnya, yaitu segala
sesuatuyang berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra,
sepertimisalnya benda-benda yang dapat dilihat dan diraba,
bentuk-bentuk kemasyarakatan, perasaan, pikiran, dan sebagainya Luxemberg,
1989:15).Melalui pandangan ini, secara hierarkis karya seni berada di bawah
kenyataan.Akan tetapi Marxis dan sosiologi sastra memandang karya seni
dianggapsebagai dokumen sosial; karya seni sebagai refleksi dan kenyataan di
dalamnyasebagai sesuatu yang sudah ditafsirkan
Sehubungan dengan
pendekatan mimesis, Segers (2000, 91-94)mengungkapkan konsep yang dipakai kaum
Maxist. Menurut konsep inikonsep imitasi harus menjadi norma dasar telaah.
Kritik Marxist menyatakanbahwa dunia fiksional teks sastra seharusnya
merefleksikan realitas sosial.Lebih jauh Segers mempertimbangkan fiksionalisasi
dalam telaah teks sastrayang berhubungan dengan pendekatan mimesis. Menurutnya,
normafiksionalitas mengimplikasikan bahwa tanda-tanda linguistik yang
berfungsidalam teks sastra tidak merujuk secara langsung pada dunia kita,
tetapi padadunia fiksional teks karya sastra.Adapun John Baxter (dalam
Makaryk,1993: 591-593) menguraikanbahwa mimesis adalah hubungan dinamis yang
berlanjut antara suatu senikarya yang baik dengan alam semesta moral yang nyata atau masuk akal.Mimesis sering diterjemahkan sebagai
"tiruan". Secara terminologis, mimesismenandakan suatu seni penyajian
atau kemiripan, tetapi penekanannyaberbeda. Tiruan, menyiratkan sesuatu yang statis, suatu copy,
suatu produk akhir;
mimesis melibatkan sesuatu
yang dinamis, suatu proses, suatu hubunganaktif dengan suatu kenyataan hidup.Menurut
Baxter, metode terbaik mimesis adalah dengan jalanmemperkuat dan memperdalam pemahaman moral, menyelidiki danmenafsirkan semesta yang diterima secara riil.
Proses tidak berhenti hanyadengan apa pembaca atau penulis mencoba untuk
mengetahuinya. Mungkinrentang batas yang riil dengan yang dihadirkan dapat
dikhayalkan walaupunhanya sesaat dalam kondisi riil, atau suatu perspektif pada aspek yang riil
yang tidak bisa
dijangkau jika tidak dilihat. Kenyataan kadang-kadang digambarkanberbeda karena
tak sesuai
dengan pandangan
kenyataan yang menyeluruh.Oleh karena itu, kenyataan tidak dapat
dihadirkan dalam karya dalam cakupanyang ideal. Mimesis sama dan sebangun dengan apa yang Coleridge sebutsebagai 'imajinasi yang utama, ' yang oleh Whalley disebut sebagai hasil
darikesadaran
tertinggi.Melalui penjabaran
di atas, dapat diketahui secara konseptual danmetodologis bahwa pendekatan mimesis
menempatkan karya sastra sebagai:(1) produk peniruan kenyataan yang diwujudkan secara dinamis, (2)representasi kenyataan semesta secara fiksional, (3) produk dinamis yangkenyataan di dalamnya tidak dapat dihadirkan dalam cakupan yang ideal, dan(4) produk imajinasi yang utama dengan kesadaran tertinggi
atas kenyataan.Secara
metodis, langkah kerja analisis melalui pendekatan ini dapatdisusun ke dalam
langkah pokok, yaitu: (1) mengungkap dan mendeskripsikandata yang mengarah pada kenyataan yang ditemukan secara tekstual, (2)menghimpun data pokok atau spesifik
sebagai variabel untuk dirujukkan kedalam pembahasan berdasarkan kategori tertentu, sesuai
tujuan, misalnyamenelusuri
unsur fiksionalitas sebagai refleksi kenyataan secara dinamis, dsb.,(3)
membicarakan hubungan spesifikasi kenyataan dalam teks karya sastradengan
kenyataan fakta realita, dan (4) menelusuri kesadaran tertinggi yangterkandung
dalam teks karya sastra yang berhubungan dengan kenyataan yangdirepresentasikan
dalam karya sastra
433.4.2.3 Pendekatan Pragmatik
Pendekatan pragmatis menurut Abram
(1958: 14-21) memberikanperhatian utama terhadap peranan pembaca. Pendekatan
ini memberikanperhatian pada pergeseran dan fungsi-fungsi baru pembaca.
Pendekatanpragmatis mempertimbangkan implikasi pembaca melalui
berbagaikompetensinya. Dengan mempertimbangkan indikator karya sastra
danpembaca, maka masalah-masalah yang dapat dipecahkan melalui
pendekatanpragmatis di antaranya berbagai tanggapan masyarakat atau
penerimanpembaca tertentu terhadap sebuah karya sastra, baik dalam kerangka
sinkronismaupun diakronis.Segers (2000:35-47) dalam kaitannya dengan pendekatan
pragmatik,mengawali pembicaraannya dengan uraian seputar estetika
resepsi.Menurutnya, secara metodologis estetika resepsi berusaha memulai arah
barudalam studi sastra karena berpandangan bahwa sebuah teks sastra
seharusnyadipelajari (terutama) dalam kaitannya dengan reaksi pembaca.
Dalamuraiannya, Segers memetakan estetika resepsi ke dalam tiga bagian
utama,yaitu (1) konsep umum estetika resepsi, (2) penerapan praktis estetika
resepsi,dan (3) kedudukan estetika resepsi dalam tradisi studi sastra.Estetika
resepsi yang termasuk ke dalam wilayah pendekatan pragmatik memuat
konsep-konsep dasar seperti yang dikemukanan Jauss dan Iser. Katakunci dari konsep
yang diperkenalkan Jauss adalah
rezeptions
und wirkungsasthetik
“ tanggapan dan efek”. Menurutnya,
pembacalah yangmenilai, menikmati, menafsirkan, dan memahami karya sastra.
Pembaca dalam
kondisi
demikianlah yang mampu menentukan nasib dan peranannya dari segisejarah sastra
dan estetika. Resepsi sebuah karya dengan pemahaman danpenilaiannya tidak dapat
diteliti lepas dari rangka sejarahnya seperti yangterwujud dalam horison
harapan pembaca masing-masing. Baru dalamkaitannya dengan pembaca, karya sastra
mendapat makna dan fungsinya.Tujuh bagian penting yang menjadi dasar dari teori
estetika resepsi Jauss,yaitu: (1) pengalaman pembaca, (2) horison harapan, (3)
nilai estetik, (4)semangat zaman, (5) rangkaian sastra, (6) perspektif
sinkronik dan diakronik,dan (7) sejarah umum.Pengalaman pembaca yang dimaksud
mengindikasikan bahwa tekskarya sastra menawarkan efek yang bermacam-macam
kepada pembaca yangbermacam-macam pula dari sisi pengalamannya pada setiap
periode atauzaman pembacaannya. Pembacaan yang beragam dalam periode waktu
yangberbeda akan menunjukkan efek yang berbeda pula. Pengalaman pembaca
akanmewujudkan orkestrasi yang padu antara tanggapan baru pembacanya denganteks
yang membawanya
hadir dalam aktivitas pembacaan pembacanya. Dalamhal ini, kesejarahan sastra tidak bergantung
pada organisasi fakta-fakta literertetapi dibangun oleh pengalaman kesastraan
yang dimiliki pembaca ataspengalaman sebelumnya.Horison harapan muncul pada
tiap aktivitas pembacaan pembaca untuk masing-masing karya di dalam momen
historis melalui bentuk dan pemahamanatas ganre, dari bentuk dan tema karya yang telah dikenal, dan dari oposisiantara puisi dan bahasa praktis. Karya sastra
tidak berada dalam kekosongan
49Pemahaman dipusatkan pada
analisis terhadap unsur-unsur denganmempertimbangkan keterjalinan antarunsur di
satu pihak dan unsur-unsurdengan totalitas di pihak lain.Konsep dasar
pendekatan ini (Hawkes dalam Pradopo, 2002: 21) adalahkarya sastra merupakan
sebuah struktur yang terdiri dari bermacam-macamunsur pembentuk struktur.
Antara unsur-unsur pembentuknya ada jalinan erat(koherensi). Tiap unsur tidak
mempunyai makna dengan sendirinya melainkanmaknanya ditentukan oleh hubungan
dengan unsur-unsur lain yang terlibatdalam sebuah situasi. Makna unsur-unsur
karya sasatra itu hanya dapatdipahami sepenuhnya atas dasar tempat dan fungsi
unsur itu dalam keseluruhankarya sastra.Secara metodologis, pendekatan ini
bertujuan melihat karya sastrasebagai sebuah sistem dan nilai yang diberikan
kepada sistem itu amatbergantung kepada nilai komponen-komponen yang ikut
terlibat di dalamnya.Analisis karya sastra melalui pendekatan ini tergantung
pada jenis sastranya.Analisis sajak berbeda dengan analisis prosa. Analisis
yang digunakan terhadapsaja misalnya penelusuran lapis norma, mulai dari lapir
bunyi sampai ke lapismetafisik. Teknik analisisnya pun bisa diarahkan pada
pembacaan heuristik sampai ke tingkat pembacaan hermeneutik. Adapun
terhadap prosa, sesuaidengan sifat fiksi yang merupakan struktur cerita,
analisisnya diarahkan padastruktur ceritanya. Struktur yang dimaksud dijajaki
melalui unsur-unsurpembentuknya berupa: tema, fakta cerita (tokoh, alur, dan
latar), dan saranacerita (pusat pengisahan, konflik, gaya bahasa, dll.).
50Pada analisis prosa, tema dan
fakta-fakta cerita dipadukan menjadi satuoleh sarana sastra. Di dalam
analisisnya, unsur-unsur tersebut ditelusuri dandikemukakan hubungan dan fungsi
tiap-tiap unsur. Tema berjalin erat denganfakta-fakta dan berhubungan erat
dengan sarana sastra
2 komentar:
maaf sumber referensi bukunya dimana ya?
Apa maksud dari
1. Produk peniruan kenyataan yang di wujudkan secara dinamis
2.representasi kenyataan semesta secara fiksional
3.produk dinamis yang kenyataan di dalamnya tidak dapat di hadirkan dalam cakupan yang ideal
4.produk imajinasi yang utama dengan kesadaran tertinggi atas kenyataan.?
Posting Komentar