Rabu, 25 Februari 2015

Teori Abrams



Ulasan Singkat Teori Abrams: Objektif, Mimetik, Pragmatik, Ekspresif
Berbicara tentang teori sastra, salah satu tokoh yang sangat berpengaruh adalah M.H. Abrams. Dalam artikelnya yang berjudul Orientation of Critical Theory  Abrams mencoba menawarkan satu kerangka berpikir untuk memahami proses penciptaan satu karya. Kerangka tersebut terdiri dari artis/seniman, karya, semesta, dan penikmat seni/audience. Untuk memudahkan analisis tersebut Abrams mengacak keempat elemen tersebut ke pola segitiga di mana karya seni berada di tengah sebagai hal/objek yang akan dijelaskan.
          
Menurut Abrams keempat kordinat ini tidak selalu tetap, melainkan berubah, keempat-empatnya sangat penting tergantung dari apa yang kemudian ingin diteliti. Abrams mengambil contoh, ketika berbicara mengenai alam semesta, maka salah satu teori yang kerap digunakan adalah imitasi yang diperkenalkan oleh Plato. Lebih lanjut, Abrams mencoba  melihat teori apa saja yang berkembang pada masa romantik khususnya meneliti puisi di Inggris pada abad ke-19.
Teori Mimetik
Secara esensial, teori mimetik melihat bahwa karya seni adalah imitasi dari alam semesta. “The Mimetic Orientation- the explanation of art as essentially an imitation of aspects of the universe”. Teori ini bersumber dari pikiran Plato dan Aristoteles. Menurut Abrams teori ini merupakan teori yang paling primitif. 
Teori Pragmatik
Pendekatan Pragmatik menurut Abrams menekankan pada tujuan seniman dan karakter karya yang sifat dasarnya untuk memenuhi kebutuhan dan kesenangan penikmatnya (audience). “The Pragmatic orientation, ordering the aim of the artist and the character of the work to the nature, the need, and the springs of pleasure in the audience”, karena karakteristik tersebut, pendekatan pragmatik tersebar luas sampai dengan abad delapan belas.  
Teori Ekspresif
Menurut Abrams hampir semua aliran romantik di Inggris, mengungkapkan definisi yang menunjukan persamaan atau kesajajaran antara karya dan penyair. Puisi adalah luapan, ungkapan, atau sorotan dari pikiran dan perasaan penyair. Puisi merupakan proses imajinasi yang diubah dan dikumpulkan dari gambaran, pikiran dan perasaan penyair. 
Dengan kata lain, menurut Abrams di dalam teori ekspresif seniman menjadikan dirinya sendiri sebagai element terpenting. “This way of thinking, in which the artist himself become the major element generating both the artistic product and the criteria by whic it is to be judge, I shall call the expressive theory of art”. Pada zaman romantik, pendekatan ekspresif merupakan pendekatan yang dominan dilakukan untuk menganalisis satu karya.    

Teori Objektif
Pendekatan objektif pada prinsipnya memandang karya seni terpisah dari segala sesuatu yang berada di luar karya tersebut. Seni adalah karya seni itu sendiri, lepas dari segala faktor eksternal yang ada. Dalam melakukan analisis dengan sendirinya cukup dengan sesuatu yang sudah ada di dalam karya.“the objective orientation, ’which on principle regard the work of art in isolation from all these external points of reference, analyze it as a self-sufficient entity constituted by its parts in their internal relation, and sets out to judge it solely by criteria intrinsic to its own mode of being”
Pendekatan Objektif yang muncul pada akhir abad ke 18 dan awal abad ke-19,menjadi salah satu pendekatan yang diperhitungkan selama hampir 3 dekade.


3.4.2.1 Pendekatan Ekspresif 
Pendekatan ekspresif ini tidak semata-mata memberikan perhatianterhadap bagaimana karya itu diciptakan tetapi bentuk-bentuk apa yang terjadidalam karya sastra yang dihasilkan. Wilayah studi pendekatan ini adalah diripengarang, pikiran dan perasaan, dan hasil-hasil karyanya. Pendekatan inidapat dimanfaatkan untuk menggali ciiri-ciri individualisme, nasionalisme,komunisme, feminisme, dan sebagainya dalam karya baik karya sastraindividual maupun karya sastra dalam kerangka periodisasi.Menurut Abrams (1958: 22) pendekatan ekspresif ini menempatkankarya sastra sebagai curahan, ucapan, dan proyeksi pikiran dan perasaanpengarang. Pengarang sendiri menjadi pokok yang melahirkan produksipersepsi-persepsi, pikiran-pikiran, dan perasaan-perasaan yangdikombinasikan. Praktik analisis dengan pendekatan ini mengarah padapenelusuran kesejatian visi pribadi pengarang yang dalam paham strukturgenetik disebut pandangan dunia. Seringkali pendekatan ini mencari fakta-fakta tentang watak khusus dan pengalaman-pengalaman sastrawan yangsecara sadar atau tidak telah membukakan dirinya dalam karyanya tersebut.Dengan demikian secara konseptual dan metodologis dapat diketahui bahwapendekatan ekspresif menempatkan karya sastra sebagai: (1) wujud ekspresipengarang, (2) produk imajinasi pengarang yang bekerja dengan persepsi-persepsi, pikiran-pikiran dan perasaan-perasaannya, (3) produk pandangandunia pengarang. Secara metodis, langkah kerja yang dapat dilakukan melaluipendekatan ini adalah: (1) memerikan sejumalah pikiran, persepsi, dan
perasaan pengarang yang hadir secara langsung atau tidak di dalam karyanya,(2) memetakan sejumlah pikiran, persepsi, dan perasaan pengarang yangditemukan dalam karyanya ke dalam beberapa kategori faktual teks berupawatak, pengalaman, dan ideologi pengarang, (3) merujukkan data yangdiperoleh pada tahap (1) dan (2) ke dalam fakat-fakta khusus menyangkutwatak, pengalaman hidup, dan ideologi pengarang secara faktual luar teks (datasekunder berupa data biografis), dan (4) membicarakan secara menyeluruh,sesuai tujuan, pandangan dunia pengarang dalam konteks individual maupunsosial dengan mempertimbangkan hubungan-hubungan teks karya sastra hasilciptaannya dengan data biografisnya.

3.4.2.2 Pendekatan Mimesis
Dasar pertimbangan pendekatan mimesis adalah dunia pengalaman,yaitu karya sastra itu sendiri yang tidak bisa mewakili kenyataan yangsesungguhnya melainkan hanya sebagai peniruan kenyataan (Abrams, 1958:8).Kenyataan di sini dipakai dalam arti yang seluas-luasnya, yaitu segala sesuatuyang berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra, sepertimisalnya benda-benda yang dapat dilihat dan diraba, bentuk-bentuk kemasyarakatan, perasaan, pikiran, dan sebagainya Luxemberg, 1989:15).Melalui pandangan ini, secara hierarkis karya seni berada di bawah kenyataan.Akan tetapi Marxis dan sosiologi sastra memandang karya seni dianggapsebagai dokumen sosial; karya seni sebagai refleksi dan kenyataan di dalamnyasebagai sesuatu yang sudah ditafsirkan
Sehubungan dengan pendekatan mimesis, Segers (2000, 91-94)mengungkapkan konsep yang dipakai kaum Maxist. Menurut konsep inikonsep imitasi harus menjadi norma dasar telaah. Kritik Marxist menyatakanbahwa dunia fiksional teks sastra seharusnya merefleksikan realitas sosial.Lebih jauh Segers mempertimbangkan fiksionalisasi dalam telaah teks sastrayang berhubungan dengan pendekatan mimesis. Menurutnya, normafiksionalitas mengimplikasikan bahwa tanda-tanda linguistik yang berfungsidalam teks sastra tidak merujuk secara langsung pada dunia kita, tetapi padadunia fiksional teks karya sastra.Adapun John Baxter (dalam Makaryk,1993: 591-593) menguraikanbahwa mimesis adalah hubungan dinamis yang berlanjut antara suatu senikarya yang baik dengan alam semesta moral yang nyata atau masuk akal.Mimesis sering diterjemahkan sebagai "tiruan". Secara terminologis, mimesismenandakan suatu seni penyajian atau kemiripan, tetapi penekanannyaberbeda. Tiruan, menyiratkan sesuatu yang statis, suatu copy, suatu produk akhir; mimesis melibatkan sesuatu yang dinamis, suatu proses, suatu hubunganaktif dengan suatu kenyataan hidup.Menurut Baxter, metode terbaik mimesis adalah dengan jalanmemperkuat dan memperdalam pemahaman moral, menyelidiki danmenafsirkan semesta yang diterima secara riil. Proses tidak berhenti hanyadengan apa pembaca atau penulis mencoba untuk mengetahuinya. Mungkinrentang batas yang riil dengan yang dihadirkan dapat dikhayalkan walaupunhanya sesaat dalam kondisi riil, atau suatu perspektif pada aspek yang riil yang tidak bisa dijangkau jika tidak dilihat. Kenyataan kadang-kadang digambarkanberbeda karena tak sesuai dengan pandangan kenyataan yang menyeluruh.Oleh karena itu, kenyataan tidak dapat dihadirkan dalam karya dalam cakupanyang ideal. Mimesis sama dan sebangun dengan apa yang Coleridge sebutsebagai 'imajinasi yang utama, ' yang oleh Whalley disebut sebagai hasil darikesadaran tertinggi.Melalui penjabaran di atas, dapat diketahui secara konseptual danmetodologis bahwa pendekatan mimesis menempatkan karya sastra sebagai:(1) produk peniruan kenyataan yang diwujudkan secara dinamis, (2)representasi kenyataan semesta secara fiksional, (3) produk dinamis yangkenyataan di dalamnya tidak dapat dihadirkan dalam cakupan yang ideal, dan(4) produk imajinasi yang utama dengan kesadaran tertinggi atas kenyataan.Secara metodis, langkah kerja analisis melalui pendekatan ini dapatdisusun ke dalam langkah pokok, yaitu: (1) mengungkap dan mendeskripsikandata yang mengarah pada kenyataan yang ditemukan secara tekstual, (2)menghimpun data pokok atau spesifik sebagai variabel untuk dirujukkan kedalam pembahasan berdasarkan kategori tertentu, sesuai tujuan, misalnyamenelusuri unsur fiksionalitas sebagai refleksi kenyataan secara dinamis, dsb.,(3) membicarakan hubungan spesifikasi kenyataan dalam teks karya sastradengan kenyataan fakta realita, dan (4) menelusuri kesadaran tertinggi yangterkandung dalam teks karya sastra yang berhubungan dengan kenyataan yangdirepresentasikan dalam karya sastra
 
 433.4.2.3 Pendekatan Pragmatik
Pendekatan pragmatis menurut Abram (1958: 14-21) memberikanperhatian utama terhadap peranan pembaca. Pendekatan ini memberikanperhatian pada pergeseran dan fungsi-fungsi baru pembaca. Pendekatanpragmatis mempertimbangkan implikasi pembaca melalui berbagaikompetensinya. Dengan mempertimbangkan indikator karya sastra danpembaca, maka masalah-masalah yang dapat dipecahkan melalui pendekatanpragmatis di antaranya berbagai tanggapan masyarakat atau penerimanpembaca tertentu terhadap sebuah karya sastra, baik dalam kerangka sinkronismaupun diakronis.Segers (2000:35-47) dalam kaitannya dengan pendekatan pragmatik,mengawali pembicaraannya dengan uraian seputar estetika resepsi.Menurutnya, secara metodologis estetika resepsi berusaha memulai arah barudalam studi sastra karena berpandangan bahwa sebuah teks sastra seharusnyadipelajari (terutama) dalam kaitannya dengan reaksi pembaca. Dalamuraiannya, Segers memetakan estetika resepsi ke dalam tiga bagian utama,yaitu (1) konsep umum estetika resepsi, (2) penerapan praktis estetika resepsi,dan (3) kedudukan estetika resepsi dalam tradisi studi sastra.Estetika resepsi yang termasuk ke dalam wilayah pendekatan pragmatik memuat konsep-konsep dasar seperti yang dikemukanan Jauss dan Iser. Katakunci dari konsep yang diperkenalkan Jauss adalah
rezeptions und wirkungsasthetik 
“ tanggapan dan efek”. Menurutnya, pembacalah yangmenilai, menikmati, menafsirkan, dan memahami karya sastra. Pembaca dalam
kondisi demikianlah yang mampu menentukan nasib dan peranannya dari segisejarah sastra dan estetika. Resepsi sebuah karya dengan pemahaman danpenilaiannya tidak dapat diteliti lepas dari rangka sejarahnya seperti yangterwujud dalam horison harapan pembaca masing-masing. Baru dalamkaitannya dengan pembaca, karya sastra mendapat makna dan fungsinya.Tujuh bagian penting yang menjadi dasar dari teori estetika resepsi Jauss,yaitu: (1) pengalaman pembaca, (2) horison harapan, (3) nilai estetik, (4)semangat zaman, (5) rangkaian sastra, (6) perspektif sinkronik dan diakronik,dan (7) sejarah umum.Pengalaman pembaca yang dimaksud mengindikasikan bahwa tekskarya sastra menawarkan efek yang bermacam-macam kepada pembaca yangbermacam-macam pula dari sisi pengalamannya pada setiap periode atauzaman pembacaannya. Pembacaan yang beragam dalam periode waktu yangberbeda akan menunjukkan efek yang berbeda pula. Pengalaman pembaca akanmewujudkan orkestrasi yang padu antara tanggapan baru pembacanya denganteks yang membawanya hadir dalam aktivitas pembacaan pembacanya. Dalamhal ini, kesejarahan sastra tidak bergantung pada organisasi fakta-fakta literertetapi dibangun oleh pengalaman kesastraan yang dimiliki pembaca ataspengalaman sebelumnya.Horison harapan muncul pada tiap aktivitas pembacaan pembaca untuk masing-masing karya di dalam momen historis melalui bentuk dan pemahamanatas ganre, dari bentuk dan tema karya yang telah dikenal, dan dari oposisiantara puisi dan bahasa praktis. Karya sastra tidak berada dalam kekosongan
 
 49Pemahaman dipusatkan pada analisis terhadap unsur-unsur denganmempertimbangkan keterjalinan antarunsur di satu pihak dan unsur-unsurdengan totalitas di pihak lain.Konsep dasar pendekatan ini (Hawkes dalam Pradopo, 2002: 21) adalahkarya sastra merupakan sebuah struktur yang terdiri dari bermacam-macamunsur pembentuk struktur. Antara unsur-unsur pembentuknya ada jalinan erat(koherensi). Tiap unsur tidak mempunyai makna dengan sendirinya melainkanmaknanya ditentukan oleh hubungan dengan unsur-unsur lain yang terlibatdalam sebuah situasi. Makna unsur-unsur karya sasatra itu hanya dapatdipahami sepenuhnya atas dasar tempat dan fungsi unsur itu dalam keseluruhankarya sastra.Secara metodologis, pendekatan ini bertujuan melihat karya sastrasebagai sebuah sistem dan nilai yang diberikan kepada sistem itu amatbergantung kepada nilai komponen-komponen yang ikut terlibat di dalamnya.Analisis karya sastra melalui pendekatan ini tergantung pada jenis sastranya.Analisis sajak berbeda dengan analisis prosa. Analisis yang digunakan terhadapsaja misalnya penelusuran lapis norma, mulai dari lapir bunyi sampai ke lapismetafisik. Teknik analisisnya pun bisa diarahkan pada pembacaan heuristik sampai ke tingkat pembacaan hermeneutik. Adapun terhadap prosa, sesuaidengan sifat fiksi yang merupakan struktur cerita, analisisnya diarahkan padastruktur ceritanya. Struktur yang dimaksud dijajaki melalui unsur-unsurpembentuknya berupa: tema, fakta cerita (tokoh, alur, dan latar), dan saranacerita (pusat pengisahan, konflik, gaya bahasa, dll.).
 
 50Pada analisis prosa, tema dan fakta-fakta cerita dipadukan menjadi satuoleh sarana sastra. Di dalam analisisnya, unsur-unsur tersebut ditelusuri dandikemukakan hubungan dan fungsi tiap-tiap unsur. Tema berjalin erat denganfakta-fakta dan berhubungan erat dengan sarana sastra
















2 komentar:

soegramn mengatakan...

maaf sumber referensi bukunya dimana ya?

Unknown mengatakan...

Apa maksud dari
1. Produk peniruan kenyataan yang di wujudkan secara dinamis
2.representasi kenyataan semesta secara fiksional
3.produk dinamis yang kenyataan di dalamnya tidak dapat di hadirkan dalam cakupan yang ideal
4.produk imajinasi yang utama dengan kesadaran tertinggi atas kenyataan.?

Posting Komentar